Archive for Oktober 2014

Mini Story: "Kehilangan atau Kematian" (Prolog)



Jennifer Gunawan

Apakah ini sudah pagi? Atau masih malam? Tak bisa kupastikan mana yang benar. Karena sungguh, aku bahkan tidak bisa melihat apapun disini selain warna hitam tanpa cahaya. Meskipun mataku sudah terbelalak bahkan sudah kukerahkan seluruh sisa tenagaku. Kini aku hanya seorang diri. Terkurung serta kelaparan. Setelah insiden tadi— atau mungkin kemarin atau seminggu yang lalu, aku tidak tahu sudah berapa lama aku terkurung disini—aku benar-benar kalah telak. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku hanya membela orang yang tidak bersalah. Aku hanya melakukan hal yang benar. Mereka tidak berhak memperlakukanku seperti itu! Tentu saja aku tak hanya diam berpasrah begitu saja. Aku menendang dan mengerahkan jurus andalanku—Aku kan mantan juara olimpiade karate tingkat nasional. Mereka semua terkapar. Aku lalu pergi melarikan diri bersama orang yang kubela.

Entah bagaimana caranya, aku bisa tak sadarkan diri. Mungkin dibius obat atau apalah. Tiba-tiba saja aku dalam keadaan diseret secara paksa serta dengan kekejaman yang melewati batas kemanusiaan oleh oknum-oknum sialan itu . Aku diseret seperti seekor kambing yang hendak disembelih, leherku diikat dengan tali tambang. Bedanya, kalau kambing ditarik dalam keadaan sadar dan berdiri, tapi aku dalam posisi terbaring dan masih setengah sadar. Badanku tergesek tanah, masih bisa kuingat betapa panasnya gesekan itu. Hampir kehilangan napas, leherku tercekik lumayan kencang akibat tarikan itu. Aku tak jadi mati, pikirku. Kami sampai di tujuan dan aku terbebas dari tambang jahanam itu. Kemudian aku dibawa masuk ke ruangan ini. Lokasinya aku tidak tahu pasti. Mungkin masih area sekolah, mungkin juga di sebuah gudang di negeri antah berantah. Pokoknya yang terlihat sangat remang-remang dimataku. Ditambah kepalaku sangat pusing. Pasrah, akhirnya aku menyerah juga.
Aku digendong oleh seseorang yang ciri-cirinya kukenali ke sebuah ruang sempit sangat pas dengan badan satu oang; seperti peti mati. Oke, awalnya aku menganggap semua ini lelucon. Kalau tidak salah, sosok itu adalah cewek yang kubela. Apa yang dia perbuat padaku? Bukankah seharusnya dia menyelamatkanku? Sosok itu tersenyum padaku lalu berkata “Mau kuselamatkan?”. Akhirnya dugaanku salah, dia berniat menyelamatkanku! Masih ada harapan untuk hidup! Aku menyadari bibirku tersenyum mendengar tawarannya.
Namun, sosok itu berubah menjadi menyeramkan dengan tawanya yang seperti nenek sihir. “Aku akan menyelamatkan hingga menguburkan jasadmu dengan cara yang pantas setelah kau mati di dalam peti ini!”, katanya dengan suara mencekam seperti seorang psycho. Hah? Apa aku tak salah dengar? Dia sahabatku sejak kecil. Aku tahu dengan pasti dia anak yang sangat baik, ceria dan penurut. Perilakunya sejak kecil hingga sebelum insiden ini terjadi, dia tidak pernah berbicara kasar. Kenapa saat ini aku tidak mengenalinya? Kau pasti bercanda kan, Ris? Ini bukan kamu kan? Seketika airmataku mengalir. Tidak ingin mempercayai semua ini karena sungguh menyakitkan. Tak ada harapan lagi bagiku.
Bodohnya aku baru menyadari ini. Ternyata aku dijebak. Orang yang kubela hingga mati-matian (omong-omong memang rasanya seperti diambang kematian, sebelum dimasukkan ke peti ini, aku lebih dulu disiksa. Kakiku diikat, tangan diborgol, mulutku disekap dan disumpal, lalu dipukul, dicambuk, tak puas dengan itu mereka menyilet beberapa bagian tubuhku) malah bersekongkol dengan musuh. Oh Tuhan! Apa semakin banyak pengkhianat di era sekarang ini? Alih-alih mengkhawatirkan keadaan tak berdayaku, aku malah memikirkan sahabatku yang berkhianat. Lagipula peduli amat dengan keadaanku. Toh tak akan ada yang akan menangisi kematianku. Tidak sahabatku itu ataupun keluargaku yang tidak peduli padaku. Yang jelas aku dalam kesedihan yang parah dan tenggelam dalam luka dalam, aku tersesat tak tahu arah jalan pulang, aku…….. Stop! Kenapa aku malah menyanyikan lagu yang sedang hits itu? Ternyata kepalaku sudah tidak beres.
Oh no! Perutku lapar sekali. Hebatnya, aku bisa bertahan tanpa makan. Anggap saja ini puasa. Hihihi. Ketika semua orang pergi meninggalkanku, Tuhan masih menyayangiku! Aku menangis terharu saat ini menyadari keajaiban dari Tuhan. Syukurlah aku masih bisa sadar setelah pingsan cukup lama yang kukira akhir hidupku. Yah, apa yang bisa kulakukan sih dengan keadaan lemah seperti sekarang ini? Kusadari badanku menggigil. Apa ruangan ini AC nya sangat dingin? Seingatku, saat aku diseret kesini tidak sedingin ini. Justru malah panas, pengap dan berbau debu. Tak heran, karena ini mungkin ruangan tak terpakai. Mana mungkin pemiliknya memasang AC disini kan? Baiklah bukan waktunya untuk meributkan AC yang tergolong misterius ini.
Darah-darahku yang belum lama mengalir begitu deras dikaki dan tanganku sudah tidak ada. Luka bekas silet dan cambukan juga merapat. Ternyata benar! Aku diselimuti es balok dan es kecil-kecil yang banyak di seluruh tubuhku. Tak ada ruang untuk bergerak. Darah di tubuhku mulai beku! Oh no! Omaygaaatt! Aku akan diubah menjadi mayat beku! Badanku semakin tak bisa bergerak. Jen, kamu harus bertahan hidup! Kamu harus menanyakan semua ini pada sahabatmu. Yah, begitulah kata hati kecilku, bagaimanapun juga Risa adalah sahabatku yang paling berharga. Dialah orang yang paling mengkhawatirkanku melebihi kekhawatiran keluargaku. Walaupun dia mengkhianatiku entah untuk alasan apa, aku tak bisa melupakan semua hal indah bersamanya begitu saja. Aku tetap ingin menjadi sahabatnya. Namun seluruh tubuhku kini sudah sangat kaku. Inilah batasku…………………..


~Bersambung~
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Huaaaaa akhirnya jadi juga bikin cerita mini atau mini story. Maaf ya kalo kurang bagus ceritanya :( Apa daya, aku masih pemula nulis yang kayak gini. Hohoho :D 
Baru kepikiran segini ceritanya hiks *nangis dipojokan sambil makan kue* Pokoknya ceritanya harus tuntas nih pffttt :D Tunggu kelanjutannya ya kalo aku sempat ngeblog lagi, eh kalo ada internet sih (maklum, aku cuma fakir bandwith jadi numpang gitu nyiahahahahaha~~ :v)

Tinggalkan komentar ya kalo udah baca ><
Selamat Membaca dan selamat penasaran :p

See you next time!

Sincerely, 
Airayase Shiina ^^

Berhargakah Kami


Tiada ke-aku-an
Kami melangkah dalam kebersamaan
Berjanjilah wahai tekad!
Masa depan itu pasti
Perpisahan tak akan lari
Hari ini pergi
Dalam nyata seuntaian memori............


Mungkin dapat diingat selamanya,
Lalu terlupakan sedetik kemudian,
Air mata kami berharga!
Perjuangan kami panjang!
Semangat kami saksinya!


Biarkan kami menari dan tertawa tanpa mentari......
Tanpanya pun kenangan ini hidup!
Di hati seseorang nan kesepian,
Semua bilang tak mau terlupakan....
Seberapa berharganyakah senyuman kita??


Kawan, kisah CLASSIX ini sejarah metamorfosis kita,
Berusaha, bersyukur, gagal, galau, takut, tangis, marah, perasaan beragam bertemu, bertolak jua...........
Gapai dirimu! Ukir kenangan termanismu!
Masa lalu dan masa depan akan terhubung oleh hari ini........
Video ini ada demi melirihkan kenaifan canda kita!


Air mata rindu mengikuti alurnya
Mengingat satu per satu dan semua.........
Atau mungkin dilupakan dengan sengaja!?
Tuhan berkata kita akan bahagia.............
Namun, kesedihan ikut mengancam....


Janjilah satu hal: Suatu hari kita akan bertemu, tertawa lagi sambil mencaci maki,
Dan aku bisa melihat ketulusan air mata kalian!


"Bukankah ini............ wajah kami saat itu?"
"Sudah 10 tahun yang lalu"
"Bukankah baru setahun lalu?"
"Bukankah baru kemarin?"
"Aku ingin mengulang semuanya, masa remajaku"



Seolah masih terngiang baru terjadi kemarin..........
Karena kami akan berpegangan tangan dan memeluk kenangan ini
Katakan dengan lantang pada dunia, siapa kita??
We are CLASSIX J


By: Ira Mawaddah, Jakarta 18 November 2013. Puisi perpisahan kelas :D

- Copyright © 2013 Rain Fairy's Words - Airayase - Modified by BioSphere - Designed by Djogzs -